Jumat, 09 Mei 2008

Informasi Lingkungan

Perusak Lingkungan Harus Dihukum Berat



Jambi,sigombak- Para perusak lingkungan termasuk pengusaha yang terbukti melakukan praktik pembalakan liar harus dihukum berat, karena telah merusak lingkungan di Indonesia yang kondisinya kini memprihatinkan.

"Aparat penegak hukum harus menerapkan undang-undang berlapis, baik UU Pidana maupun UU linkungan kepada para penjahat perusak lingkungan itu," kata mantan Direktur Eksekutif Walhi Jambi, Feri Irawan di Jambi, Kamis.

Kerusakan lingkungan di Indonesia yang terparah, kerusakan hutan dan lahan akibat hukuman yang diterapkan kepada para pelaku cukup ringan atau tidak sebanding dengan perbuatan yang dilakukan.

Kerusakan hutan akibat pembalakan liar (ilegal logging) dan ulah para pengusaha Hak Pengusaha Hutan (HPH) yang tidak melakukan penghijauan telah menimbulkan berbagai bencana alam banjir, dan kebakaran hutan.

Korban jiwa dan harta benda pun sudah tidak terhitung akibat kerusakan lingkungan itu.

Ia juga menegaskan, negara-negara Asean merupakan negara yang paling banyak menampung kayu hasil pembalakan liar (ilegal logging) dari Indonesia.

Pemerintah Indonesia juga dinilai selama ini gagal menanggulangi kebakaran hutan dan asap sehingga yang menjadi korban adalah masyarakat kecil dan kerusakan lingkungan hutan kian parah.

Kegagalan itu juga disebabkan pemerintah tidak mampu menangkap para pelaku terutama pihak perusahaan yang nyata-nyata menjadi biang keladi penyebab kebakaran hutan dan kerusakan lingkungan. (ANTARA News)



Pemanasan Global Ancam Spesies Tropis


Jakarta, Sigombak- Para peneliti dari UCLA dan Universitas Washington, Amerika Serikat, melaporkan dalam jurnal "Proceedings of the National Academy of Sciences" bahwa pemanasan global sangat mengancam keberadaan berbagai spesies tropis di dunia.

Pada saat bersamaan, sedikit saja kenaikan suhu Bumi sudah membuat sebagian organisme, terutama serangga, ke kemampuan maksimal mereka untuk mentolerir temperatur.

Dikutip dari situs www.eurekalert.com, Jumat, Curtis Deutsch peneliti dari UCLA mengatakan, "Di kawasan tropis, kebanyakan hewan yang kami teliti mulai dari serangga hingga amfibi dan reptil, sudah hidup dalam daya tahan temperatur yang maksimal."

"Ketika fenomena pemanasan global mulai terjadi, kondisi mereka memburuk. Bahkan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi pun memangkas tingkat pertumbuhan populasi," kata Curtis Deutsch.

Keberadaan satwa dan flora di kawasan tropis sangatlah penting bagi stabilitas hayati dunia.

"Kekayaan hayati di planet ini berpusat di kawasan beriklim tropis. Kawasan ini pula terdapat demikian banyak spesies mahluk hidup," ujarnya.

Menurut Deutsch, kajian yang dilakukan timnya mendapati bahwa pemanasan global telah mengganggu banyak spesies tropis, "Bahkan apa-apa yang mengganggu serangga, itu juga mengganggu ekosistem secara keseluruhan."

Ia merinci, peran serangga di ekosistem sangat penting. Fauna ini menyebarkan benih tanaman dan pengolah nutrisi sehingga organisme lain bisa mengambil manfaatnya.

"Itu sebabnya ancaman terhadap serangga juga menjadi ancaman bagi ekosistem kita," kata dia.

Dalam penelitian diperkirakan kenaikan suhu global akan mengurangi kemampuan spesies untuk reproduksi, lalu bila suhu terus naik maka hewan tropis pun akan sulit bertahan hidup.

"Penelitian kami berkesimpulan antara lain; bila tidak ada adaptasi atau migrasi populasi spesies tropis sama sekali, maka jumlah mereka akan menurut drastis akibat pemanasan global," kata dia.

Penelitian bukan hanya mengamati populasi serangga, melainkan berbagai spesies seperti kadal, kura-kura, dan katak yang menunjukan pola serupa dengan serangga. (ANTARA News)

Tidak ada komentar: